BAGANSIAPIAPI, TINTANEWS.com – Festival lampion merupakan budaya yang telah dilakukan oleh etnis Tionghoa sejak dahulu di kota Bagansiapiapi. Budaya perayaan lampu lampion sebelumnya hanya menggunakan penerangan lilin saat ini sudah menggunakan penerangan dengan motor bantu dinamo listrik. Pelbagai rupa dan bentuk lampion ditampilkan. Kali ini, Yayasan Multy Marga Tionghoa Indonesia Bagansiapiapi merayakan malam Cap Go Meh 2569/2018 bersama warga yang di pusatkan di depan kelenteng tua Ing Hok King jalan kelenteng Bagansiapiapi, Jumat malam (02/03/2018). Bukan saja warga tionghoa yang ikut menonton. Bahkan warga melayu, jawa, batak dan warga sekitaran kota ikut menonton acara rutin tahunan ini.
Sekira jam 21.01 wib tampak tarian barong say mendekati kelenteng Ing Hok King. Mereka datang dari arah selatan, tepatnya dari Mess Pemda jalan Perwira. Diiringi tabuhan gendang tambur (bahasa cina dagu,red) kemudian sekali kali terdengar bunyi simbal/gembreng (bahasa cina chazi,red) yang terbuat dari kuningan. Kadangkala terdengar juga tabuhan kemong (bahasa cina luo,red) yang merupakan gong terbuat dari kuningan. Variasi musik ini membawa tarian barong say, tarian menggunakan alat menyerupai singa yang di lakukan oleh dua orang semakin meriah. Dua barong sai ini saling memainkan mata dan melompat mengangkat kaki. Diantara mereka ada bocah kecil berkepala botak dengan kipas ditangannya membuat atraksi ini semakin lucu.
Dibelakang rombongan tarian barong sai ini, ada lagi rombongan mengikutinya. Mereka ikut berjalan kaki. Sekali-kali mereka tersenyum sambil berbincang satu sama lainnya. Tampak dua orang berpawakan sedikit gemuk. Satu orang menggunakan peci hitam menggunakan baju kemeja batik berwarna dasar merah. Sedangkan yang satu lagi berpawakan agak tinggi dan postur tubuh tegap menggunakan kemeja berwarna merah dengan corak sedikit batikt. Sedangkan disampingnya, tubuh sedikit lebih pendek menggunakan kaca mata dan berkemeja motif bergaris garis merah dan hitam. Satunya lagi tubuh kurus tinggi bermata agak redup. Mereka berjalan didampingi warga etnis tionghoa merata menggunakan kemeja merah. Tampak meriah dalam mengiringi rombongan ini.
“Berpeci hitam itu Jamiludin, sekarang sudah Plt Bupati Rokan Hilir. Disampinginya menggunakan kemeja merah wakapolda Riau dan berkacamata disebelahnya ketua DPRD Rokan Hilir, sedangkan yang satunya aseng anggota DPRD Riau,”ujar staff bagian humas dan keprotokolan setdakab Rokan Hilir (Rohil) menjelaskan kepada tiga dara tionghoa.
Tiga dara tionghoa ini menunggu di persimpangan jalan kelenteng dan jalan aman, persisnya di depan kelenteng tertua dahulu dikenal sebagai kota ikan. Dara ditengah membawa baki, diatas tampan tersebut ada kalung bunga berwarna merah dan kuning. Sedangkan dara lainnya mengapit dara pembawa baki.
Ketika rombongan tiba, mendekati tiga dara tionghoa tersebut menyematkan tiga pejabat yang datang tersebut. Sorak sorai warga tionghoa dan tepuk tangan menggema ketika kalung telah berada di leher ketiga pejabat tersebut. Awak media dan fotografer saling berlomba memotret untuk mendapatkan momen tersebut.
Kemudian rombongan memasuki kawasan perayaan dan duduk di tenda kehormatan. Tampak di leher tubuh yang berpeci sudah melepaskan kalungan bunga tersebut diatas meja. Sedangkan yang lain masih menggunakannya. Selanjutnya ketiga mereka berdiri bersama warga lainnya menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Lagu ini dipimpin oleh paduan suara etnis tionghoa. Merekapun duduk kembali setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya tersebut.
Pantauan awak media, dalam rombongan tersebut ada plt Bupati Rohil Drs H. Jamiludin. Tampak juga ketua DPRD Rohil H.Nasrudin Hasan,SE, anggota DPRD Riau Siswadja Mulyadi alias Aseng, wakapolda Riau Brigjen Pol Ermi Widyatmo, raja baut dari jakarta Sugiarto, sejumlah kepala OPD dilingkungan pemdakab Rohil dan etnis tionghoa.
Pelaksana tugas orang nomor satu di pemerintahan Rohil ini menghimbau kepada warganya agar selalu mentaati aturan berlalu lintas. Kemaren Dia melakukan rapat dengan pihak kepolisian pada bulan ini dilaksanakan operasi keselamatan Muara Takus 2018. Oleh sabab itu, diharapkan warganya jangan melanggar aturan tertib berlalu lintas.
“Terutama warga yang sering berbonceng tiga dan melawan arus,”tutur Jamiludin.
Jelasnya kemudian, bagi yang memiliki lahan sawit dan lahan tidur. Dia berharap agar lahan masing-masing dijaga terhadap api. Dia berharap masyarakat, dinas terkait dan pelbagai pihak dapat menimalisir terjadinya titik api di wilayah Rokan Hilir.
Selanjutnya, beberapa waktu lalu, dihadapan presiden RI Joko Widodo, kata Jamiludin dirinya tersanjung, dia sangat bangga setelah budaya bakar tongkang di jadikan agenda tahunan provinsi Riau. Tiga wisata budaya di Riau, salah satunya bakar tongkang sudah mendunia.
“Kami pemerintah Rokan Hilir pantas bersukur karena dengan budaya dapat mengangkat harkat dan martabat Rokan Hilir,”pungkas Jamiludin.
(NdyNdy)