BAGANSIAPIAPI,TINTANEWS.com – Sosok perawakan sedikit gemuk, sesuai dengan postur tinggi badannya. Berkacamata menggunakan kaos hitam lis putih di leher dan bercelana tiga perempat, bersama-sama isterinya berbaju putih celana panjang hitam menghadap bangunan kubur sesepuhnya. Hujan masih rinai hendak reda menimpa bangunan kubur tersebut. Bangunan Kubur sudah permanen itu telah bercat warga hijau kombinasi merah. Terlihat di altar kubur buah-buahan apel di letakkan diatas piring kertas, buah kelengkeng, buah jeruk dan kertas ukuran persegi warna kekuningan. Ditengah kertas berwarna merah dengan bertulisan cina warna kuning emas. Kemudian Hio sudah nyala mengepulkan asap di depan altar kubur tersebut. Kemudian payung diatas altar tersebut melindungi hio agar jangan padam. Tampak sosok tersebut menunggu hingga hio habis terbakar di depan bangunan kubur itu. Dia Berdiri sambil bercerita-cerita dengan isterinya.
“Saya Albert dari Telegung Jakarta,”katanya kepada awak media iglobalnews.co.id, Senin (02/04/2018).
Dia datang ke Bagansiapiapi untuk melakukan sembahyang kubur ‘Ceng Beng’ para leluhur. Dikatakannya, telah selama 28 tahun merantau ke Jakarta karena Bekerja di Jakarta bidang percetakan. Dia menjelaskan bahwa dia asli lahir di kota Bagansiapiapi sekolah hingga SMA Wahidin. Kemudian merantau ke Jakarta. Bahkan isterinya juga asal Bagansiapiapi. Sekarang sudah punya anak yang semuanya kelahiran Jakarta.
“Setiap Tahun kita datang ke Bagansiapiapi untuk melakukan sembahyang kubur menghormati para leluhur,”katanya.
Sembahyang ini dikatakannya setiap tahun dilakukan. Dia sudah berada di Kota Bagansiapiapi sejak , Sabtu (31/03/2018) kemaren. Dia akan pulang setelah melakukan puncak sembahyang pada Kamis (05/04/2018) mendatang.
“Disini bisa menikmati makanan Tionghoa Bagansiapiapi. Banyak jenis makanan disini tidak seperti di Jakarta,”tuturnya.
Dia bahkan datang ke Bagansiapiapi ini untuk menikmati kuliner yang tidak ada di kota Jakarta, makanan kuliner disini, kata Ia, merupakan pelbagai masakan. Bahkan dengan makanan ini dia merasa kangen ingin ke Bagansiapiapi. Namun karena sibuk dengan bekerja maka kesempatan hanya pada saat sembahyang kubur ini dapat ke kota Bagansiapiapi. Karena mereka libur kerja.
“Saya lebih suka masakan Melayu. Karena di Jakarta tidak ada masakan khas Melayu,”jelasnya.
Albert menjelaskan dia sudah selama 28 tahun merantau ke Jakarta. Namun rasa kangennya terhadap kota Bagansiapiapi tetap ada. Dia bahkan menyanjung kepemimpinan Bupati Annas Maamun (mantan Bupati dua periode Rokan Hilir. Bahkan gubernur Riau,red), yang mengajak orang Tiong Hoa yang telah merantau agar dapat membangun kota Bagansiapiapi daerah Rokan Hilir.
“Bupati Annas Maamun memang bagus lah. Dia larang orang Tionghoa pergi ke Jakarta. Dia suruh kita orang Tionghoa yang masih di jakarta agar sewaktu-waktu balik lihat kota Bagansiapiapi,”pungkasnya.
(NdyNdy)